Bagian 03
Studi Kasus Model Bisnis Blockchain.
Last updated
Studi Kasus Model Bisnis Blockchain.
Last updated
“Jangan hanya bertanya ‘bagaimana caranya menghasilkan uang dari blockchain?’—tapi tanyakan juga: siapa yang dapat, siapa yang dirugikan, dan siapa yang menjaga agar sistem tetap hidup?”
– Prof. NOTA
Di dunia Web2, studi kasus biasanya berfokus pada perusahaan: siapa investornya, berapa valuasinya, bagaimana strategi monetisasinya.
Tapi di Web3, kita perlu berpikir dalam layer dan protokol, bukan hanya perusahaan. Sebab yang menghasilkan nilai adalah jaringan itu sendiri—dan siapa saja yang membangun di atasnya bisa mendapat bagiannya.
Berikut ini adalah beberapa kasus nyata model bisnis Web3 yang bisa kamu pelajari dan, mungkin suatu hari, kamu replikasi — atau bahkan kamu kalahkan.
Ethereum bukan perusahaan. Ia tidak menjual produk. Tapi sejak berubah menjadi Proof-of-Stake, Ethereum memiliki revenue engine yang sangat kuat dan... sepenuhnya terbuka.
Gas fee dari transaksi
MEV (Miner Extractable Value) tips
Burn mekanisme (EIP-1559) yang memperkuat nilai ETH
Validator (dari staking reward dan fee)
Pemegang ETH (karena supply makin terbatas)
Developer (membangun dApps)
DAO dan komunitas (melalui grant dan funding)
Revenue bersifat sustainable dan non-speculative
Transparan: bisa dilihat di ultrasound.money
Solana memfokuskan diri pada performance—biaya sangat murah, transaksi cepat. Ini membuka peluang aplikasi skala besar: DeFi, games, hingga social network.
Protokol mengambil fee kecil dari transaksi.
Menarik developer untuk membangun dan membawa user (growth loop).
Memfasilitasi ekosistem venture: investor, builder, komunitas.
Phantom Wallet → monetisasi lewat NFT & layanan premium.
Jupiter Aggregator → mengambil fee dari swap & routing.
Helium (IoT) bermigrasi ke Solana → menawarkan network effect.
Solana tidak hanya menjual teknologi—ia menciptakan kota digital tempat banyak startup bisa tumbuh.
Arbitrum, sebagai Layer 2 Ethereum, punya pendekatan unik:
Alih-alih IPO, mereka meng-airdrop token kepada pengguna aktif. Dan sekarang? Mereka membiayai perkembangan ekosistemnya lewat DAO Treasury yang terbesar di dunia.
Tidak ada pemilik tunggal.
Governance dipegang oleh komunitas.
Developer, kreator, dan komunitas bisa mengajukan proposal dana.
Partisipasi tinggi: semua merasa punya andil.
Dana publik untuk inisiatif publik: edukasi, event, fitur, tooling.
Inilah model ekonomi gotong royong, versi digital.
Optimism mempopulerkan konsep Retroactive Public Goods Funding (RetroPGF).
Artinya?
“Jika kamu sudah memberi nilai ke ekosistem, maka kamu akan dibayar—setelahnya.”
Sumber dana: treasury dari token OP
Developer open-source
Penulis dokumentasi
Komunitas edukasi
Kreator tooling & UI
Mendorong kontribusi ikhlas yang tetap dihargai.
Merangsang ekosistem untuk terus bernilai, bukan hanya viral.
Optimism mengubah logika startup: bukan siapa yang cepat viral, tapi siapa yang benar-benar membangun nilai bersama.
Polygon sukses mengembangkan ekosistem dengan dua kekuatan:
Teknologi ZK (Zero-Knowledge Rollups) → masa depan skalabilitas.
Kemitraan Strategis → Starbucks, Disney, Nike, dsb.
B2B onboarding (web2 → web3)
Layanan khusus untuk enterprise (Polygon ID, Polygon Studio)
Biaya rendah untuk developer
Polygon memperlihatkan bahwa jaringan yang kuat bisa dimonetisasi tanpa mengorbankan komunitas.
“Model bisnis di Web3 tidak harus meniru perusahaan besar. Ia bisa dirancang ulang: lebih terbuka, lebih adil, dan lebih masuk akal secara sistemik.”
Studi-studi di atas menunjukkan satu benang merah:
Ekosistem Web3 memberi nilai pada kontribusi nyata, bukan hanya modal uang. Dan itu artinya — siapa pun bisa terlibat.
“Kita tidak harus menciptakan blockchain baru. Cukup pahami model bisnisnya, dan tanamlah diri kita di titik yang tepat dalam rantai nilai itu. Maka kita akan tumbuh bersama sistem.”
– Prof. NOTA